Kalimat Bahasa Indonesia


Kalimat
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan
kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang
berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu
dinamakan kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut frasa . Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulaidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).



Pola kalimat dasar
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. KB + KK : Adik memasak.
2. KB + KS : kakak itu baik.
3. KB + KBil : Harga tas itu dua puluh lima ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di surabaya.
5. KB1 + KK + KB2 : james membaca buku.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : ayah mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : nani peneliti.


Kalimat yang benar
Adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku,
baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan.
Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Perhatikan kedua contoh kalimat berikut ini.
• Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.
• Kucing itu telah wafat dengan sukses.


Kalimat Memiliki Subjek yang Jelas
Berdasarkan kaidah tata bahasa, kalimat harus memiliki subjek yang jelas. Jika subjek
tidak ada atau tidak jelas, berarti kalimat tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat yang
benar. Pada kenyataannya, banyak dijumpai kalimat yang subjeknya tidak jelas. Ketidakjelasan
subjek tersebut pada umumnya terjadi karena subjek didahului oleh kata depan. Hal tersebut
dapat dilihat pada contoh berikut.
• Untuk pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara.


Kalimat Memiliki Predikat yang Jelas
Selain harus memiliki subjek, kalimat juga harus memiliki predikat. Berikut adalah
contoh kalimat yang tidak berpredikat.
• Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus ke lapangan.
Kalimat di atas tidak berpredikat. Untuk memperbaiki kalimat tersebut, di belakang
kata harus perlu ditambahkan kata kerja, misalnya pergi atau terjun, yang akan berfungsi sebagai
predikat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
(.a) Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus pergi / ke lapangan.
K S P K
(.b) Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus terjun / ke lapangan.
K S P K
Demikian pula halnya dengan kalimat (17), di belakang subjek penelitian ini perlu
ditambahkan kata dilakukan atau dilaksanakan yang akan berfungsi sebagai predikat.


Bagian Kalimat Majemuk tidak Dipenggal
Dalam pemakaian bahasa sering ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang ditulis
terpisah dari bagian sebelumnya. Misalnya:
• Para peserta penataran datang terlambat. Sehingga mereka tidak dapat mengikuti acara pembukaan.


Kalimat Disusun secara Padu
Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat adalah adanya hubungan timbal balik
yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat
tersebut. Kepaduan dalam kalimat akan rusak karena salah menempatkan kata depan (tentang,
mengenai, akan). Kepaduan juga akan rusak karena salah menempatkan kata keterangan aspek
(sudah, telah, akan) atau keterangan modalitas (harus, boleh, ingin) pada kalimat pasif. Hal
tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
• Kami akan membicarakan tentang sistem pendidikan di Indonesia.


Macam-macam kalimat
1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu pola atau terdiri dari sebuah pola. Kalimat tunggal terdiri dari tiga macam yaitu :

a. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan tentang perintah atau suruhan yang ditujukan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Biasanya di akhir kalimat ditambah tanda seru (!).

Contoh :
Arif, tolong ambilkan minumku!


b. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang mengandung peristiwa atau kejadian.

Contoh :
Mereka tidak akan pergi ke sekolah

c. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan supaya kita mengetahui (diberi tahu) tentang sesuatu yang belum diketahui.

Contoh :
Dimanakah kamu saat ini?

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu pola dasar atau kalimat tunggal yang menimbulkan pola baru. Kalimat majemuk terdiri dari ;

a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang mempunya hubungan antara pola-pola kalimatnya.

b. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu kalimat tunggal yang salah satu bagiannya diperluas untuk memerpoleh pola baru atau gabungan dua atau lebih kalimat tunggal yang dimana kedudukan dari masing-masing kalimat tidak setara.

c. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari unsur inti dan dua unsur bawahan atau sebaliknya.
Referensi:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/kalimat-dasar-bahasa-indonesia/

Diksi

A.Pengertian Diksi
 
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata –kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
 
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).
 
B. Syarat-Syarat Pemilihan Kata

1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.

2. Makna Umum dan Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.

Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.

Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

3. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

5. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:
Kata Ilmiah Kata populer
Analogi Kiasan
Final Akhir
Diskriminasi perbedaan perlakuan
Prediksi Ramalan
Kontradiksi Pertentangan
Format Ukuran
Anarki Kekacauan
Biodata biografi singkat
Bibliografi daftar pustaka
 
C. Macam Macam Diksi
 
a. Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.
Contoh:
Sayang bersinonim kasih.
 
b. Antonim
Antonim
Antonim adalah dua buah kata yang maknanya 'dianggap' berlawanan.
Contoh:
Bagus berantonim dengan jelek.
 
c. Homonim
Homonim adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.
 
d. polisemi.
Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu
Contoh:
Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani (darah=kesaudaraan).
 
e. Hiponomi
Hiponomi adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain
Contoh:
Ikan: tenggiri, hiu, tongkol, sepat, teri, pari, dll.
 
Sumber:
http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/
http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html
http://froginsp.blogspot.com/2012/10/pilihan-kata-diksi.html
 
 

Ragam Bahasa


Pengertian



Yang dimaksud dengan ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh cirri-ciri linguistik, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya, lokasi atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.



Atau juga bias disebut variasi bahasa atau tuntutan pemakaian yang berbeda-beda menurut tempat, topik, penutur, sarana/ medium pembicaraan, dan sebagainya. Adanya ragam bahasa Indonesia disebabkan oleh perkembangan masyarakat (konteks sosial).

Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:

  • Ragam bahasa undang-undang
  • Ragam bahasa jurnalistik
  • Ragam bahasa ilmiah
  • Ragam bahasa sastra



Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:


1.     Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:

  • Ragam bahasa cakapan
  • Ragam bahasa pidato
  • Ragam bahasa kuliah
  • Ragam bahasa panggung

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :

a.    Memerlukan kehadiran orang lain

b.    Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap

c.    Terikat ruang dan waktu

d.    Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara



Kelebihan ragam bahasa lisan :

a.    Dapat disesuaikan dengan situasi.

b.    Faktor efisiensi.

c.    Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.

d.    Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.

e.    Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.

f.     Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.



Kelemahan ragam bahasa lisan :

a.    Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.

b.    Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.

c.    Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.

d.    Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.



2.     Ragam Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:

  • Ragam bahasa teknis
  • Ragam bahasa undang-undang
  • Ragam bahasa catatan
  • Ragam bahasa surat

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

a.    Tidak memerlukan kehaduran orang lain.

b.    Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.

c.    Tidak terikat ruang dan waktu

d.    Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.



Kelebihan ragam bahasa tulis :

a.    Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.

b.    Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.

c.    Sebagai sarana memperkaya kosakata.

d.    Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.



Kelemahan ragam bahasa tulis :

a.    Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

b.    Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.

c.    Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.



Ragam bahasa berdasarkan situasi

Berdasarkan situasi pemakaianya, bahasa dapat dibagi menjadi : ragam formal, ragam semiformal, ragam nonformal.



Ragam formal digunakan dalam situasi resmi. Ragam formal atau ragam baku yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk :

a. komunikasi resmi.

b. wacana teknis

c. pembicaraan di depan khalayak ramai

d. pembicaraan dengan orang yang dihormati



Ragam semiformal memiliki keunikan tersendiri, karena berciri mengikuti kaidah dan aturan yang tetap. Tetapi hanya tidak secara konsisten dilakukan pada saat tujuan tertentu. Dalam hal ini sebagai contoh yaitu bahasa jurnalistik, dimana biasanya pembaca berita , membacakan beritanya tidak selalu dengan kata-kata yang baku , melainkan kadang ditengah-tengah kata-kata baku yang mereka ucapkan terselip kata-kata yang biasa kita gunakan untuk berbicara kepada seseorang dalam hal ini berbicara santai kepada lawan bicara kita dalam membahas topik yang tidak resmi.



Ragam nonformal tidak mutlak untuk menggunakan pemakaian kata baku. Atau dalam hal ini ragam nonformal berciri tidak sesuai kaidah atau aturan yang tetap. Contohnya seperti pada saat kita mengobrol santai dengan teman.


Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

  1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). 

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

  1. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. 

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

contoh:

1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat

2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang Kancil.

  1. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. 

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.



Sumber:
http://imamsetiyantoro.wordpress.com/tag/macam-macam-ragam-bahasa/
http://tuunii.wordpress.com/2011/11/28/fungsi-bahasa-dan-ragam-bahasa/
http://badar92.blogspot.com/2012/10/ragam-bahasa.html